Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk secara signifikan akan memangkas rute penerbangan dan jumlah pesawat. Hal ini sebagai upaya untuk menyehatkan kembali kondisi keuangan perusahaan.
Dampaknya akan membuat maskapai ini sulit ditemui di sejumlah bandara. Hal tersebut tentu menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan dalam menyediakan layanan penerbangan.
“Jadi memang kami sudah mendapatkan banyak komplain 1 bulan terakhir ini bahwa flight Garuda semakin langka. Ini karena memang pesawatnya juga sudah banyak di-grounded. Memang ini menjadi isu karena kita juga akan melayani rute-rute penerbangan tertentu saja yang menghasilkan positif margin,” kata Kartika dikutip youtube DPR, Jakarta, Rabu (10/11).
Adapun penerbangan yang akan dipangkas adalah rute internasional. Sementara itu, maskapai pelat merah ini secara masif masih akan fokus pada rute-rute penerbangan domestik.
“Untuk internasional itu hanya beberapa yang dibuka dan itu pun sebagian besar karena adanya volume kargo yang baik. Jadi kita tidak lagi mempunyai rute-rute seperti Amsterdam, London, Korea Selatan, dan sebagainya, itu di shutdown,” katanya.
2 dari 2 halaman
Pangkas 97 Rute Penerbangan Hingga 2022
Berdasarkan rencana bisnis ke depan, Garuda Indonesia pada 2019 memiliki 237 rute penerbangan kemudian hanya akan memiliki 140 rute penerbangan di 2022, atau berkurang 97 rute penerbangan. Seiring dengan semakin berkurangnya rute penerbangan, perseroan pun memangkas jumlah pesawatnya.
“Jika di 2019 Garuda Indonesia beroperasi dengan 202 pesawat maka akan menjadi 134 pesawat di 2022, atau berkurang 68 pesawat,” kata Kartika.
Kartika melanjutkan, jenis pesawat Garuda Indonesia juga akan dikurangi dari 13 menjadi hanya 7. Sebab, banyaknya jenis pesawat yang digunakan malah menambah beban keuangan perusahaan karena kompleksnya perawatan yang harus dilakukan.
“Ini salah satu inefesiensi di masa lalu, karena pesawatnya macam-macam. Biasanya airline yang bagus itu punya 3-4 macam pesawat, di Garuda pesawatnya ada banyak sekali (jenisnya), dan itu membuat kompleksitas dari pengelolaan mantainance-nya sehingga cost menjadi mahal,” paparnya.
Pengurangan jumlah pesawat itu, kata Kartika, memang karena sebagian besar sudah ditahan oleh lessor akibat perseroan tak lagi mampu membayar sewa pesawat. Saat ini dari sebanyak 125 pesawat Garuda Indonesia, namun hanya 50 sampai 60 pesawat yang bisa beroperasi.